Latihan Ekstrem Kopaska: Menguji Batas Fisik dan Mental Para Penyelam Tempur

Latihan ekstrem Kopaska adalah inti dari pembentukan setiap prajurit Komando Pasukan Katak (Kopaska). Dikenal sebagai “Hantu Laut Indonesia,” anggota Kopaska ditempa melalui serangkaian ujian fisik dan mental yang dirancang untuk menguji batas kemampuan manusia. Latihan ekstrem Kopaska ini memastikan bahwa setiap penyelam tempur memiliki ketahanan yang luar biasa, mampu beroperasi di lingkungan maritim paling menantang, dari dasar laut yang gelap hingga kondisi perairan ganas.

Proses seleksi dan pendidikan Kopaska dikenal sangat berat dan panjang. Calon prajurit harus memiliki kondisi fisik prima, kemampuan berenang yang luar biasa, dan mental yang kuat. Tahapan awal meliputi tes fisik yang menguras tenaga seperti renang jarak jauh, lari, push-up, dan sit-up dalam jumlah masif. Namun, tantangan sesungguhnya dimulai saat mereka memasuki pendidikan dasar komando pasukan katak yang berlangsung sekitar 10 bulan. Dalam periode ini, calon prajurit akan dihadapkan pada latihan ekstrem Kopaska di darat dan laut, di mana mereka harus bertahan hidup dalam kondisi serba terbatas.

Salah satu aspek paling ikonik dari latihan ekstrem Kopaska adalah latihan hell week atau minggu neraka. Dalam fase ini, calon prajurit dihadapkan pada kurang tidur, minimnya asupan makanan, dan aktivitas fisik tanpa henti. Mereka akan melakukan serangkaian tugas fisik yang sangat melelahkan, seperti mendayung perahu karet dalam jarak jauh, membawa beban berat di darat dan di air, serta melakukan hypothermia training (latihan di air dingin ekstrem) untuk melatih ketahanan tubuh terhadap suhu rendah. Tujuan dari latihan ini bukan hanya untuk menguji fisik, tetapi juga untuk membangun mental baja, ketahanan terhadap stres, dan kemampuan untuk berfungsi di bawah tekanan. Sebuah laporan dari Pusat Pendidikan Pasukan Khusus Angkatan Laut pada Februari 2025 mengungkapkan bahwa tingkat kegagalan selama hell week bisa mencapai 50%.

Selain itu, latihan ekstrem Kopaska juga sangat berfokus pada kemampuan di bawah air. Mereka dilatih untuk melakukan penyelaman tempur dalam berbagai skenario, termasuk penyelaman dalam dengan menggunakan rebreather (alat selam tanpa gelembung), penjinakan ranjau, demolisi bawah air, dan navigasi bawah air yang kompleks. Mereka juga dilatih untuk survival di laut, termasuk cara bertahan hidup setelah kapal karam atau pesawat jatuh di perairan. Dengan tempaan fisik dan mental yang tak kenal ampun ini, Kopaska menghasilkan prajurit-prajurit elite yang siap menjalankan misi terberat demi menjaga keamanan dan kedaulatan maritim Indonesia.

Theme: Overlay by Kaira Extra Text
Cape Town, South Africa